No Pain, No Gain.
Yap,pernah denger kalimat atau perumpamaan ini kan? Ada sesuatu yang harus
dikorbankan demi sebuah pencapaian yang berharga. Mungkin ada benarnya dan ada
hubungannya dengan pengalaman saya, lebih tepatnya kami (diriku, Temon dan
Fatur) dalam misi kami berburu pantai di Kota Pacitan. Beberapa backpackers yang gw kenal mengatakan kalau Pacitan ini "the hidden paradise. Lalu apa “pain” nya? dan apa
“gain” nya selama kami berpetualang di Hidden paradise ? Simak sedikit cerita backpackeran kami dari Semarang ke Pacitan berikut ini. hehehe
Part
1: Keberangkatan (Semarang – Jogja)
Jadi petualangan kami
di Kota Pacitan dimulai dari rencanaku dan Temon buat mengisi waktu diantara
libur sela-sela ujian tengah semester. Karena libur yang singkat,maka kami
memutuskan untuk backpackeran ke tempat tujuan yang tidak terlalu jauh,
diputuskan lah kami akan backpackeran ke Pacitan! Oia, jadi gw dan Temon ini
beda kampus, gw kuliah di Semarang dan Temon kuliah di UGM Jogjakarta. Rencana
kami akan start bareng dari Jogja menuju Pacitan. Ketika menjelang hari-H
keberangkatan temen gw si Fatur memutuskan buat join, jadilah gw dan Fatur pada
tanggal 30 Oktober kemarin, berangkat menuju Jogja bertemu dengan Temon dan
selanjutnya akan start dari Jogja menuju Pacitan. SKIP SKIP
Sampe di Jogja, kami
istirahat terlebih dahulu, dan setelah berdiskusi kami memutuskan untuk start
kembali backpackeran dari Jogja ke Pacitan sehabis Isya atau sekitar pukul
tengah delapan malam. Sebenernya atas saran dari beberapa teman sih katanya
lebih baik jangan berangkat malam, karena daerahnya melewati hutan-hutan jati
yang konon katanya masih sepi banget kalo malam.
Part
2: Jogja - Pacitan
Jadi akhirnya kami
start juga dari Jogja pukul 19.30, dari Jogja menuju Gunung Kidul, lalu
Wonosari, Wonogiri, dan terakhir Pacitan. Tapi emang gw akuin gokil banget ini
rute nya. Wonosari – Wonogiri masih lewatin hutan jati beberapa kilometer yg minim
penerangan bahkan dibeberapa titik ga ada penerangan sama sekali dan jalannya
berkelak kelok.
Kalo kata temen gw selama
perjalanan dari Jogja – Gunung Kidul – Wonosari – Wonogiri –Pacitan perbatasan
kondisi alamnya dan sekitarnya itu seperti kita mengendarai mesin waktu yang
makin lama makin mundur ke jaman dahulu. Hehehe
Lebih gila lagi
ternyata selepas Wonogiri ke arah pacitan, jalannya lagi dalam perbaikan, dan
you know what? Jalannya ditutup men!
Karena kita semua ga
ada yang tau jalan alternatif selain jalan yg ditutup ini, akhirnya nekat aja lah
kami nembus jalan yg lagi ditutup karena dalam perbaikan. Jadi jalannya mau
dilebarin gitu, para pekerja dengan alat berat pada mengikis bukit-bukit kapur
di kanan dan kiri jalan agar jalannya kalo udah jadi makin lebar.
Setelah
beberapa saat melewati jalan yg rusak parah (jalannya dari tanah) kami mentok
di tanjakan terjal. Karena merasa motor kami ga bisa terbang,, jalan ga mungkin
dilewati, kami tanya pada warga sekitar, akhirnya ditunjukkan lah kami lewat
jalan desa, melewati kebun-kebun warga,untung aja ada jalan untuk kendaraan
roda 2 yang jalannya dicor pake semen.
Keluar dari jalan rusak
parah di dalam desa perbatasan Wonogiri-Pacitan, ternyata bagaikan keluar
kandang buaya asia masuk ke kandang singa afrika. keluar area desa jalannya ga
kalah rusaknya, jalannya masih dari batu-batu kerikil kecil belum di aspal!
Hahaha combo banget dah perjuangnnya. Setelah ada setengah jam motor jalan
bagaikan goyang disko melewati jalanan yang ga nyaman, akhirnya masuk perbatasan
terluar kota Pacitan jalannya dah aspal bagus. Tapi emang sepi banget kalo
malam hari, padahal waktu itu kayaknya belum ada pukul 10 malam. SKIP SKIP
Akhirnya kita sampai di
tempat saudaranya si Temon di Desa Sidoharjo, kita rencana menginap disitu selama
berada di Pacitan. Tempatnya ga jauh dari pusat kota, dan ga terlalu jauh juga
dari kelompok pantai-pantai Pacitan sebelah barat(Klayar,Srau,Watukarung) dan
kelompok pantai sebelah Timur(Soge,Pidakan,Anakan). Sampai Pacitan kira-kira
jam setengah sebelas malam. Langsung istirahat sambil menyusun rencana berburu
pantai keesokan harinya.
Part
3: Berburu Pantai Hari Pertama (Pantai Klayar, Srau dan Watu karung)
Hari pertama kami
berangkat pukul 9 pagi, menuju ke Pantai Klayar yang pertama kita tuju. Kalo dari Pacitan kota atau dari desa
Sidoharjo, arahnya balik menuju perbatasan Pacitan, nanti kalau ada tikungan
dengan plang Goa Tabuhan, ambil tikungan itu, tselanjutnya tinggal ngikutin
jalan aja sampai ke Kecamatan Donorejo. Kalau kemarin pas gw ke pantai Klayar
sih jalannya ya masih rusak-rusak gitu, belum diaspal. Tapi lagi ada
pengaspalan kok waktu itu, semoga sekarang dah bagus jalannya. Kayaknya emang
pemkab Pacitan mulai menyadari bahwa pantai-pantainya ini bisa jadi anadalan
wisata baru di Kabupaten tempat kelahiran Presiden ke-6 kita, Susilo Bambang
Yudhoyono. Makanya akses jalannya lagi digarap habis-habisan, lagi banyak
pelebaran jalan dan pengaspalan menuju pantai-pantainya. Sayang,kami waktu
kesana belum menikmati kemudahan aksesnya. Tapi ga masalah, no pain,no gain
men! Hehehe
Pertama kali liat
pantai Klayar dari kejauhan….. speechless.. kece abis! Dari jauh aja keren
banget men! Masuk pantai Klayar per orang dipungut retribusi sebesar Rp 3000
kalo ga salah, dan kendaraan Rp 2000. Pantai Klayar ini jagoan banget lah..
Pantainya ga terlalu ramai, pasirnya putih, ombaknya besar, struktur pantainya
juga keren di pinggir pantai ada bukit-bukit batu karang membentuk arsitektur
alami yang indah. Oia di pantai Klayar ini ada satu fenomena alam yang unik,
jadi di atas bukit karangnya ada semburan air laut yang muncul dari celah-celah
karang., menyembur ke udara lumayan tinggi tiap beberapa menitnya.
Kalo dari skala 1
sampai 5 pantai klayar menurut gw:
Akses jalan :
4/5 (mudah menemukan pantai Kalayar,tapi dibeberapa titik jalan masih belum di
aspal dan dalam perbaikan)
Sepi : 3/5 (lumayan sepi, tapi
kayaknya kalo weekend bakal ramai -_- )
Ombak : 3/5
Pasir : 4/5 (pasir putih lumayan
bersih)
Pemandangan : 4/5
Setelah puas menikmati
pantai Klayar,kami istirahat sebentar lalu kami berniat menuju pantai Srau.
Karena masih disatu kecamatan yang sama, kami pikir paling Cuma sebentar menuju
Srau, ternyata lumayan juga jaraknya, kayaknya dari Klayar ada sekitar satu jam
lebih lah menuju pantai Srau. Yang bikin lama mungkin karena jalannya naik
turun dan berkelak kelok ekstrim dan jalannya sempit men! Ga berani gw bawa
mobil menuju pantai Srau, tips dari gw sih mendingan bawa motor matic aja.
Menemukan pantai Srau mudah kok kalo dari pantai Klayar kita tinggal ngikutin
plang penunjuk jalan, kalo masih bingung tanya warga sekitar juga semua pada
paham. hehehe
Masuk pantai Srau kalo
ga salah ditarik retribusi Rp 3000 per orang dan Rp 1000 per kendaraan. Nah
masuk area pantai Srau kita bakal disambut perkebunan kelapa yang bikin jalanan
sejuk. Tapi disinilah titik balik perjalanan gw selama di Pacitan, ketika
hendak ngambil foto tiba-tiba gw mau meminggirkan motor ke pinggir jalan ke
arah kiri, ternyata ban motor selip nginjek rerumputan pinggir jalan,motor hampir
jatuh ke arah kiri, gw dengan sigap banting setir ke kanan doong… tapi, malah
jadinya gw dan Fatur yg gw boncengin roboh ke arah kanan yaitu ke arah Aspal.
-_-
Hasilnya kaki kami
lecet-lecet lumayan parah. Hehehe kuku jempol kaki Fatur sampe berdarah dan copot
dari jempolnya.. arrrrrgghhh… ngeriiii. Gw ga kalah lecet-lecetnya,jempol kaki
gw lecet lumayan tebel kebuka kulitnya dan terbukalah daging segar sekitar 2
cm, dan lutut lecet-lecet juga. Hehehe Perih sih emang perih, tapi No Pain,No
Gain men!!! Perjalanan tetep lanjut dong! Tapi dari yang asalnya kami bertiga
semangat banget mau berenang di Pantai Srau, semangat untuk berenang down
seketika. Hehehe
Sesampainya di Pantai
Srau.. Wooow!!! Lagi-lagi keren banget men! Yang pertama paling berbeda yaitu
pasirnya yang putih bersih! Putih banget men..ombaknya juga besar banget.
Karena merasa udah kepalang tanggung sampai Pacitan ga berenang rasanya sia-sia
banget. Akhirnya dengan berpincang-pincang gw lari menuju ombak pantai Srau,
setelah kaki keguyur ombak yang besar..
Byuurr…. 1,2,3,… Holly
bloody shiiit! Perih banget men bagian kaki yang lecet-lecet kesiram ombak yang
notabene air asin. Hahaha keidiotan gw yg jadi kelinci percobaan ga berlaku
untuk Fatur. Melihat gw yg meringis nahan perih,doi mengurungkan niatnya berenang
di pantai. Temon yang masih sehat tanpa luka pun ga jadi berenang. Mungkin ga
enak sama kami berdua kali yaaa. Hehe
Di pantai Srau
pemandangannya sih standar aja, tapi ada yang iconic disini yaitu ada
batuan/bukit karang yang ada celahnya dan kalo ombak datang, ombaknya bakal
melewati celah karang tersebut. Makanya disebut “Karang bolong”. Lalu ada
gugusan bukit kecil di tengah laut yang menyerupai Jamur. Itulah keunikan yang
ada di pantai Srau. Tapi sekali lagi sumpah ombaknya besar men! Sayang banget
kalo melewatkan berenang disini. Dan pasir putihnya juara banget!!
Kalo dari skala 1
sampai 5 pantai Srau menurut gw:
Akses jalan :
3/5 (lumayan jaraknya dari pantai Kalayar,jalannya ekstrim naik turun jalan
sempit dan dibeberapa titik jalan masih belum di aspal dan dalam perbaikan)
Sepi : 2/5 (gw bilang pantai ini
sepi )
Ombak : 4/5
Pasir : 5/5 (pasir putih bersih)
Pemandangan : 2/5 (dipinggir pantai tempat istirahat yg
ada saungnya kurang bersih,ada sampah-sampah plastik walaupun sebenrnya dah
disediakan tempat sampah)
Setelah puas menikmati
Pantai Srau kami menuju pantai selanjutnya yaitu pantai Watu Karung. Pantai ini
dekat lokasinya dari pantai Srau, paling hanya 20 menit dari pantai Srau. Sebenernya
ada tempat masuk resminya yg melewati gerbang petugas, tapi kami ambil jalan
pintas melewati rumah warga jadi kami terbebas ditarik retribusi :p
Pantai Watu Karung ini
pasirnya ga kalah putih bersih dari pantai Srau, tapi menurut gw pantai Watu
Karung ini paling juara!
Ada bukitnya disisi pantai yang bisa kita naiki untuk melihat pemandangan pantai dari ketinggian. Lautnya berbatu di pinggiran, sedikit ke tengah ada gugusan-gugusan bukit karang, sedikit ke tengah lagi menjauhi pantai,ombaknya luarbiasa men!
Cocok lah buat surfing. Dan enaknya pantai ini sepi banget, waktu gw kesana Cuma ada kami bertiga dan beberapa bule yang lagi surfing, selain itu ga ada siapa-siapa lagi di pantai indah dan luas ini! Mantaaaap
Karena dah terlanjur nyaman istirahat di bukit di pantai Watu Karung, maka kami memutuskan untuk menunggu sunset di pantai Watu Karung aja, dan ternyata itu keputusan paling bener! Sunset disini apalagi dari atas bukit bener-bener salah satu sunset terindah yang pernah gw lihat.
Kalo dari skala 1
sampai 5 pantai Watu Karung menurut gw:
Akses jalan :
4/5 (dekat jaraknya dari pantai Srau,jalannya naik turun dan berlubang tapi dah
lumayan bagus)
Sepi : 4/5 (gw bilang pantai ini
sepi banget, waktu gw kesana Cuma ada beberapa bule yang lagi surfing, selain
itu… Cuma kita bertiga )
Ombak : 4/5 (ombaknya mantep,
buktinya pada surfing di pantai ini)
Pasir : 4/5 (pasir putih lumayan bersih)
Pemandangan : 5/5 (pantainya keren banget, ada gugusan
bukit-bukit karang ga jauh dari pantai. Ada juga bukit dipinggir pantai yg sepi
banget tempat yang paling tentram untuk menikmati sunset)
Part
4: Berburu pantai hari ke-2 (Soge,Pidakan,Anakan dan Teleng Ria)
Bangun pagi di hari
kedua di Pacitan, dibuka dengan kaki yang masih perih merasakan lecet-lecet
luka yang masih baru. Karena takut tambah perih kena air, maka kami memutuskan
untuk skip aja mandi pagi hari itu. hahaha setelah sarapan, kami berniat
berburu pantai di Pacitan sebelah timur. Destinasi pertama yang kami tuju
adalah pantai Soge di kecamatan Ngadirojo. Kalau dari desa Sidoharjo(tempat
kami menginap) cukup menuju arah Pacitan Kota, ikutin jalan utama aja sampai
ada plang penunjuk jalan ke arah Ngadirojo, lalu ikut arah Ngadirojo terus sampai
melewati JLS (Jalur Lingkar Selatan). Menuju pantai Soge lumayan dekat, paling Cuma
1-2 jam kalo jalannya santai. Jalur menuju pantai Soge udah bagus, tapi memang
terlebih dahulu harus melewati daerah dataran tinngi (kayaknya emang jalannya
muterin pegunungan).
Pantai Soge bisa
dibilang jadi landmark nya Pacitan yang baru setelah pantai Klayar, karena
kebetulan pantainya bener-bener di pinggir Jalur Lingkar Selatan Pacitan,
apalagi jalannya udah bagus jadi cukup banyak menyedot animo masyarakat untuk
berwisata ke pantai Soge. Menjelang sampai pantai Soge, kita disambut dengan
Jembatan di pantai Soge yang lumayan bagus arsitekturnya, dari jembatan ini
bisa kita lihat. Pantai Soge dengan deburan ombaknya yang mempesona dan dari
salah satu sisinya bisa juga kita lihat muara sungai yang tentram dan hijau yang
alirannya bermuara di Pantai Soge.
ini nih yang bikin
demen, masuk pantai Soge gratis coy! Tinggal turun dikit dari jalan raya dan parkirin
aja kendaraan bermotor pinggir pantai. Hehe Disini pantainya ga terlalu ramai,
walaupun itu weekend. Garis pantainya panjang banget. Pasirnya putih dan
ombaknya juga lumayan besar. Liat pemandangan yang begitu menakjubkan ini, gw
khilaf renang aja di pantai. Bodo amat masih luka kena air laut, perih perih
mantap!hehehe
Yang khas dari pantai
ini mungkin garis pantainya yang panjang dengan pasir putihnya, dan juga ada
semacam laguna tempat bermuaranya aliran sungai bertemu air asin dari laut yang
membuat airnya payau. Cocok lah buat berenang disitu, disisi depan bisa
berendam sambil melihat pantai, dibelakangnya bisa liat jembatan pantai Soge
yang megah. Very recommanded.
Kalo dari skala 1
sampai 5 pantai Soge menurut gw:
Akses jalan :
5/5 (jalannya mulus aspalnya bagus, pantainya tepat di pinggir jalan raya)
Sepi : 2/5 (pantainya ngga begitu
ramai tapi ya ngga sepi juga )
Ombak : 4/5 (ombaknya mantep,
lumayan besar sampe papan peringatan dilarang berenangnya aja ada gambar Nyi
Roro Kidulnya -_- kurang ngeri apa coba?!)
Pasir : 3/5 (pasir putih rada
kecoklatan tapi lumayan bersih)
Pemandangan : 3/5
Berenang sampai puas,sampai
item,sampai kepanasan kami akhirnya menyudahkan berada di pantai Soge ini, selanjutnya
kami dalam kondisi masih basah-basahan menyusuri Jalur Lingkar Selatan dan tiap
ada pantai kami berhenti sejenak menikmatinya lalu lanjut jalan lagi. Menjelang
sore kami hendak balik langsung menuju jogja, tapi melewati Pacitan Kota ada
pantai Teleng Ria yang membuat kami penasaran. Masuk pantai Teleng Ria dipungut
retribusi Rp 5000 per orang dan Rp 2000 untuk sepeda motor.
Pantai ini kayaknya
pantai paling populer untuk warga Pacitan, karena ramainya bukan main. Tapi
lumayan juga sih di pinggir pantai ditanami pohon-pohon yang rindang tempat
berteduh dan tempat orang-orang yang mau piknik.
Kalo dari skala 1
sampai 5 pantai Teleng Ria menurut gw:
Akses jalan :
5/5 (dekat jaraknya dari Pacitan Kota)
Sepi : 1/5 (gw bilang pantai ini ramai
banget)
Ombak : 2/5 (ombaknya kecil,
cocok lah buat piknik bersama keluarga apalagi yang bawa anak kecil)
Pasir : 2/5 (pasir putih kecokelatan,
rada kotor juga karena emang banyak pengunjung)
Pemandangan : 2/5
Setelah puas berenang
lagi di pantai Teleng Ria, kami mandi dan berburu makanan di sekitar kios-kios
yang berada di kawasan pantai Teleng Ria, beli-beli makanan laut buat lauk
makan malam di Jogja nanti ketika udah sampai. Lumayan juga Rp 50 ribu dapet
udang dan cumi goreng tepung setengah kilo, dapet setengah kilo juga ikan hiu
goreng,tuna goreng dll. Sumpah cumi goreng disini enak banget! Besar-besar dan
renyah banget. Harus nyobain!
Pukul setengah lima
sore kami start dari Pacitan untuk kembali menuju Jogja, masih melewati jalanan
rusak yang kemarin kita lewati saat berangkat.hehehe dan akhirnya sampai lagi
dengan selamat di Jogja 3 jam kemudian. Pengalaman berburu pantai di Pacitan
emang luar biasa! Suatu saat pengin balik lagi karena waktu itu renang nya ga
puas karena kaki lagi luka-luka. Pengin juga nyobain pantai-pantai yang belum kita
singgahi, karena konon ada 17 pantai di sekitar Pacitan. Semoga suatu saat bisa
kembali lagi ke Pacitan.
Tips:
Kalo mau berburu pantai
di arah barat (klayar,srau,watu karung,ngiroboyo) lebih enak pakai motor matic.
Ga dianjurkan pake
mobil kecuali udah sangat terampil.
Ga dianjurkan cewe yang
nyetir (baik motor maupun mobil).
Special Thanks to:
Keluarga Budhe nya
Temon di Pacitan yang menyediakan akomodasi tempat tinggal dan makan selama di
Pacitan.